Kamis, 26 Mei 2011

Peradaban Prasejarah yang Musnah


Kalangan akademisi modern telah menemukan dalam
perjalanan sejarah geologi pernah terjadi beberapa
kali kepunahan, dan nyaris memusnahkan segala
makhluk hidup. Banyak sekali pembuktian secara
langsung tentang perubahan bencana bumi yang
berkala. Dilihat dari bukti yang telah ditemukan, bahwa peradaban manusia prasejarah pernah
mengalami kepunahan karena berbagai macam
perubahan alam dan bencana, seperti gempa bumi,
banjir, gunung berapi, tabrakan benda angkasa
(termasuk meteorit dan komet), pergerakan naik
turun lempeng daratan, perubahan cuaca yang tiba-tiba dan sebagainya.

Sebagai contoh kasus, Atlantis pernah menjadi sebuah daratan yang memiliki peradaban tinggi manusia, namun tenggelam ke dasar lautan dalam sebuah bencana gempa bumi yang dahsyat pada 11.600 tahun silam. Hal itu membentuk sebuah zona di laut China selatan sekarang, laut di daerah ini sangat dangkal, kedalamannya rata-rata hanya 60 meter lebih. Hanya puncak gunung tertinggi di daratan waktu itu yang tersisa di atas permukaan laut, yaitu yang sekarang terletak di negeri kita Indonesia.

Begitu pula di kedalaman 200 meter bawah laut pesisir pantai Peru, ilmuwan menemukan pilar batu yang dipahat dan bangunan yang mahabesar. Di dasar lautan Atlantik yang berada di sisi luar berhasil diambil 8 gambar dasar laut. Melalui gambar-gambar ini secara jelas tampak sebuah tembok benteng zaman purbakala dan undakan batu. Diperkirakan tenggelam pada 10.000 tahun silam.

Di belahan barat perairan segitiga Bermuda juga ditemukan sebuah piramida raksasa yang diperkirakan berumur puluhan ribu tahun. Dengan demikian, zaman Nabi Nuh juga tidaklah se-primitif yang selama ini kita bayangkan. Hakikatnya pada zaman itu semuanya sudah maju. Ilmu pengetahuan mereka sudah maju pada masa itu. Di kaki gunung Ararat itu saja, para peneliti dan ilmuwan Rusia telah menemukan lebih kurang 500 kesan artefak baterai elektrik purba yang digunakan untuk menyadurkan logam.

Jelas sekali, bahwa bekas peninggalan kota-kota yang pernah mewakili peradaban manusia prasejarah dan memiliki kecemerlangan ini tenggelam ke dasar lautan karena tenggelamnya
daratan. Banjir Dahsyat Kurang lebih 12.000 tahun silam, peradaban manusia sebelum peradaban kita sekarang pernah mengalami suatu serangan banjir yang sangat dahsyat, dan banjir waktu itu juga mengakibatkan tenggelamnya daratan. Secara berturut-turut arkeolog menemukan sejumlah besar bukti yang secara langsung atau pun tidak mengenai banjir dahsyat yang terjadi waktu itu.

Para antropolog juga menemukan bukti melalui
penelitian pada suku bangsa yang berbeda di
berbagai tempat di dunia tentang legenda asal-usul
peradaban bangsa ini.

Legenda kuno dari bangsa yang berbeda di berbagai tempat di dunia secara fundamental melukiskan
bahwa manusia pernah berkali-kali mengalami bencana dahsyat yang mematikan, bahkan begitu
seragamnya menguraikan bahwa pada suatu periode
prasejarah sebelum munculnya peradaban manusia sekarang ini, di atas bumi pernah terjadi suatu banjir
dahsyat yang mengakibatkan punahnya seluruh
peradaban manusia, dan hanya sebagian kecil manusia yang dapat mempertahankan hidupnya.

Legenda mengenai banjir dahsyat yang sudah
diketahui di dunia tercatat ada 6.000 lebih. Seperti
misalnya, dalam legenda China dan Jepang, Malaysia,
Laos, Thailand, India, Australia, Yunani, Mesir dan
Afrika Selatan, Afrika Utara, penduduk asli Amerika
Utara. Setiap negara serta rumpun bangsa yang berbeda pasti menyimpan sebuah memori tentang
peristiwa banjir dahsyat itu. Meskipun legenda-legenda ini terjadi pada setiap bangsa dan budaya yang berbeda, namun semuanya memiliki alur cerita dan tokoh tipikal yang sangat mirip.

Semua bukti dan gejala ini sama sekali tidak dapat
diasumsikan sebagai suatu ketidaksengajaan atau
pun suatu kebetulan. Proses yang berhubungan
dengan banjir dahsyat ketika itu juga diuraikan dalam
kitab suci. Meskipun kitab suci merupakan sebuah
kitab agama, namun sejumlah besar ahli berpendapat, bahwa yang dilukiskan dalam kitab suci
(Alkitab dan Al-Qur'an) adalah sejarah manusia yang sebenarnya. Ikhtisar dalam Alkitab yang berhubungan dengan banjir dahsyat yang terjadi waktu itu menyebutkan :

"Banjir meluap dan menggenang selama 40 malam, air pasang menuju atas, perahu mengambang dari atas permukaan bumi ".

"Arus air meluap dahsyat di atas permukaan bumi, seluruh pegunungan tergenang oleh air pasang".

"5 bulan kemudian, perahu berhenti di atas gunung Ararat dan setelah 4 bulan berlalu, ketika daratan sudah kering, Nabi Nuh meninggalkan perahunya".

Waktu itu banjir dahsyat sekaligus disertai dengan
perubahan daratan dan secara total menghancurkan
seluruh peradaban manusia di bumi, hanya sebagian
kecil manusia yang dapat mempertahankan hidupnya. Sejumlah besar bekas peninggalan prasejarah yang belakangan ini ditemukan arkeolog, seperti misalnya, daratan Atlantis, budaya Yunani,
bangunan di dasar laut dan lain sebagainya
kemungkinan besar tenggelam karena banjir dahsyat
waktu itu. Ada yang memperkirakan banjir dahsyat
itu terjadi 5.000 tahun yang lalu, mengikuti perkiraan
ahli anstronomi, perahu Nabi Nuh mulai dibuat pada 2465 SM dan hujan mulai turun pada 2345 SM.

Setelah perahu Nabi Nuh mendarat di gunung Ararat,
dimulailah kehidupan baru manusia. Mereka yang
selamat mulai menyebar. Begitu pula binatang-binatang. Biji-biji tanaman kembali disemaikan. Karena dianggap melahirkan generasi baru manusia setelah Nabi Adam, Nabi Nuh mendapat gelar The Second Father of Human Being (Bapak Manusia Kedua). Oleh generasi inilah, kebudayaan dan peradaban manusia dikembangkan. Selain di kawasan Ararat, juga di Mesopotamia yang ribuan tahun kemudian menjadi pusat kejayaan Babilonia. (Sumber: www.renminbao.com)

Akibat Gletser yang Mencair Sekelompok peneliti underwater surveyors yang diketuai oleh Dr. Robert Ballard, yang juga telah menemukan Titanic, telah menemukan sebuah bangunan lama berusia kira-kira 7.500 tahun di dasar Laut Hitam, dekat pantai Turki. Mereka telah menemukan struktur bangunan dari batu dan kayu di kedalaman beberapa ratus kaki. Penemuan mereka menjadi bukti dari kejadian banjir besar di zaman Nabi Nuh seperti diceritakan di dalam Alkitab dan Al-Qur'an. Para ilmuwan mempercayai bahwa penemuan tersebut membuktikan keberadaan sebuah kawasan yang telah tenggelam yang disebabkan oleh banjir besar yang melanda sekitar 5000 SM. Menurut teori mereka, banjir besar tersebut disebabkan oleh adanya pencairan gletser dari tanah tinggi di Eropa.

"Ini merupakan penemuan yang sangat menakjubkan", kata Dr. Ballard di dalam rancangan National Geographic Society bertajuk "Research Ship Northern Horizon". Ballard menerangkan bagaimana sebuah robot bawah air meninjau 300 kaki di bawah permukaan air, telah menemukan kawasan Segi-Empat berukuran 12 x 45 kaki persegi, di mana terdapat sebuah struktur dari kayu dan tanah liat yang telah runtuh. "Beberapa artefak yang ditemukan di sana tersimpan rapi yang terdiri dari kayu berukir, beberapa cabang kayu dan peralatan dari batu yang telah runtuh dan diselimuti lumpur", imbuh Ballard.

Dr. Ballard dan timnya mengawali penelitian di
kawasan tersebut setelah dua kapal selam pakar
geologi dari Universitas Colombia di New York
menyatakan bahwa keadaan tersebut disebabkan
oleh banjir besar ribuan tahun sebelumnya. Mereka
meramalkan apabila zaman es berakhir 12.000 tahun yang lalu, maka gletser mulai mencair. Kawasan timur Mediterania yang terputus dari Laut Hitam telah menyebabkan Laut Hitam tidak tenggelam oleh air walaupun permukaan air laut yang lain telah naik. Hal ini menyebabkan pada sekitar 7.000 tahun yang lalu, genangan awal di Bosphorus telah pecah menyebabkan air di Laut Mediterania melimpah ke timur menjadi Laut Hitam yang memang terputus dari laut-laut yang lain. Kekuatan limpahan air tersebut diperkirakan 10.000 kali daripada air terjun Niagara.

Mereka menyatakan bukti ilmu pengetahuan,
menunjukkan bahwa kulit kerang dari kawasan
tersebut berusia lebih 7.000 tahun, manakala kulit
kerang dari laut lain berusia sekitar 6.500 tahun.
Ballard menerangkan, "Banyak kasus yang terjadi apabila air tawar dari sebuah telaga berubah menjadi air asin dan dampak banjir besar tersebut
menyebabkan kawasan daratan yang sangat luas
berubah menjadi dasar laut". (Sumber: James Chapman, Daily Mail, UK, 14 September 2000. Jamil Adimin Research and Graduate School University of Manchester).




☻ (Doc. Of Agulino-Vich-Altzone.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar