Jumat, 13 Mei 2011

Asal Mula Danau Kastoba

Dulu, beberapa abad yang silam pulau Majeti (Bawean Kuno) di kuasai oleh Ratu Jin. Semua makhluk di daerah itu tunduk dan patuh kepadanya. Ratu Jin penguasa pulau majeti sangat tersohor dan di segani oleh raja dan ratu jin di nusantara karena dia memiliki sebuah pohon sakti yang mereka sebut Pohon Kastoba.

Pada suatu hari, Sang Ratu memerintahkan kedua
pengawal kepercayaannya untuk memanggil seekor
burung gagak jantan dan seekor burung gagak betina
menghadap. Setelah kedua burung gagak itu
menghadap, sang Ratu Jin berkata,
"Hai Gagak! kalian akan aku beri sebuah tugas baru yang sangat berat, apakah kalian bersedia?" Kedua gagak itu menjawab dengan serempak,
"Dengan senang hati Gusti Ratu!"
"Bagus! Memang, hanya kalian berdualah yang aku
percaya mengemban amanat ini. Karena kalian selalu
sukses melaksanakan setiap tugas meski seberat apapun." Terimakasih Gusti Ratu! Akan tetapi tugas
apakah itu gerangan itu, Ratu? tanya si gagak jantan
dengan penasaran. "Tapi kalian harus bersumpah
dulu tidak membocorkan rahasia kerajaan ini,
sanggup?" kata si Ratu Jin. "Nyawa hamba berdua
taruhannya, Gusti Ratu." Setelah menarik napas dalam-dalam, Ratu Jin memulai titahnya,

"Begini, Kerajaan kita ini sesungguhnya memiliki sebuah pohon ajaib. Pohon itu tumbuh di
tengah-tengah kerajaan ini. Karena pohon ajaib itulah
kerajaan kita menjadi sangat disegani oleh kerajaan-
kerajaan lain." Kedua gagak itu termanggut-manggut
mendengarkan paparan si Ratu Jin. "Apa nama pohon
itu dan apa pula kesaktian yang di miliki pohon itu,
Ratu?" Tanya si gagak betina dengan amat penasarannya, "Pohon itu bernama pohon Kastoba. Akar, batang, daun dan rantingnya berguna sebagai tumbal bencana alam dan bencana yang lain. Dan yang paling hebat adalah daunnya, sehelai saja mampu mengubati berbagai macam penyakit. Yang tidak kalah hebatnya adalah bunga pohon kastoba membuat kebal tubuh pemiliknya!" jelas si Ratu Jin panjang lebar. "Sakti betul pohon itu, Gusti Ratu!" seru kedua gagak itu.
"Tugas kalian adalah menjaga pohon itu. Jangan
sampai ada makhluk asing apapun yang mengetahui
kesaktian pohon itu, paham?!" tegas si Ratu Jin
dengan wibawa. "Sendiko, Gusti Ratu!" jawab kedua gagak serempak.

Setelah itu, kedua gagak kepercayaan Ratu Jin pulau
Majeti berangkat menjalankan tugas berat yang di
embannnya. Namun mereka tidak hanya berdua, Ratu
Jin memerintahkan beberapa jin pilihan untuk
memperkuat pengawalan dan penjagaan pohon kastoba. Demikianlah mulai hari itu kedua gagak dan beberapa jin pilihan siang dan malam menjaga keamanan pohon kastoba. Semuanya berjalan sempurna, kecuali satu kelemahan kedua gagak adalah mereka selalu berbicara ngawur ngidul tak menentu bahkan sampai "Rahasia Kerajaan" yang seharusnya di jaga mereka jadikan bahan obrolan.

Sampailah pada suatu hari di musim kemarau
panjang. Matahari bersinar dengan teriknya, udara
panas seakan hendak membakar seluruh penghuni
bumi. Tiba-tiba dari kejauhan terlihat seorang kakek
tua renta bertongkat berjalan tertatih-tatih mendekati tempat dimana pohon kastoba tumbuh. Dari arah dekat, kulit kakek itu keriput dan di sekujur tubuhnya penuh benjolan-benjolan kecil bernanah. Kedua matanya buta dan kepalanya putih keperakan oleh uban.

Akhirnya, kakek tua itu sampailah di bawah pohon kastoba yang sedang di jaga ketat oleh kedua gagak
dan jin pengawalnya. Kakek itu akhirnya
memantapkan hatinya untuk melanjutkan tapa
bratanya dibawah pohon itu, karena menurutnya
tempat itu sangat tepat untuk bersemedi menunggu
wangsit dari langit terkait pengobatan kedua belah matanya yang buta.

Hari telah beranjak senja saat si kakek buta akan
memulai semedinya. Belum lama bersemedi,
pendengaran kakek buta yang masih cukup tajam itu
menangkap suara percakan. Karena penasaran, si
kakek mengerahkan seluruh kemampuan pendengarannya untuk memperjelas suara
percakapan yang mengusik semedinya. Akhirnya si
kakek mengetahui dengan jelas bahwa suara itu
berasal dari dua burung gagak yang bertengger tidak
jauh dari tempatnya bersemedi.

"Aduuh, sungguh kasihan kakek itu!" kata si Jantan. "Memangnya kenapa?" tanya si betina.
"Coba kamu perhatikan, kedua mata kakek itu buta
dan aku yakin kebutaan itu telah sangat lama.
"Terus apa hubungannya dengan kita?" kata si
betina. Si jantan menjelaskan, "Andai saja dia mengetahui kehebatan pohon yang sedang kita jaga ini pasti dia akan segera sembuh dari kebutaan dan semua penyakit yang menderanya saat ini".
"Ya juga sih, padahal hanya dengan sehelai daunnya
saja dia dapat menyembuhkan kedua belah matanya"
tambah si betina. Mendengar percakapan kedua burung gagak itu, Si kakek menjadi semakin penasaran.
Ketika si kakek sedang menimbang-nimbang kebenaran isi percakapan dua binatang itu, terdengar lagi suara percakapan kedua burung gagak itu.

"Goblok juga si kakek itu!" celetuk si betina.
"Lho, kenapa lagi?" tanya si jantan.
"Bertahun-tahun dia mencari obat untuk mengobati
matanya yang buta, setelah sampai disini dia malah
diam saja", ujar si betina. Akhirnya si jantan
menyadari bahwa mereka telah terlalu banyak bicara
tentang rahasia kerajaan yang sedang menjadi amanatnya. Si jantan memperingatkan si betina untuk tidak melanjutkan percakapan dan kedua burung itu terdiam.

Sementara itu, si kakek semakin penasaran dan dia
memutuskan untuk membuktikan kebenaran isi
percakapan kedua burung gagak yang baru saja di dengarnya itu.
Kakek buta itu berdiri dan memetik sehelai daun
pohon kastoba yang berjuntai di atas kepalanya. Di
teteskannyalah getah yang keluar dari gagang daun
ke kedua bola matanya. Sesaat setelah itu si kakek
terkesima, dia seakan tidak percaya karena kedua matanya telah dapat melihat kembali. Di ambilnya lagi beberapa helai daun untuk mengobati penyakit lain yang di deritanya selama ini.

Setelah semua penyakitnya sembuh, si kakek berterik
sekeras-kerasnya,
"Wahai burung gagaaaaaaak.....?????"
Tee ... rii ... maa ... kaaa ... siiiiiiiiiih....!!!".
Suaranya membahana dan memecah keheningan hutan di sekelilingnya.
"Aku sekarang sudah bisa melihat kembali, ini semua karena saranmuuuuuu....!" teriak kakek itu.
Mendengar teriakan si kakek, kedua burung gagak
terkejut, rupanya mereka baru menyadari bahwa
percakapannya telah di dengar dan di mengerti oleh
si kakek.

Kejadian itu sampai jualah ke telinga Ratu Jin, dia menjadi sangat marah dan murka. Wajahnya memerah, pandangannya menyala-nyala, giginya
gemeretup dan kedua tangannya mengepal, rupanya
dia tidak mampu menahan amarahnya. Dalam
marahnya si Ratu berpikir bahwa kerajaannya telah
terancam. Karena pohon kastoba yang selama ini
menjadi simbol ke kuatan dan kejayaannya sekarang rahasianya telah terbuka. Akhirnya dengan kekuatan
yang luar biasa, dia cabut pohon kastoba itu dan
dilemparkannya jauh-jauh. Pohon kastoba itu melayang-layang di angkasa dan akhirnya jatuh dan menghilang dedasar laut.

Ratu Jin juga menghukum kedua burung gagak yang telah gagal mengemban tugas darinya. Kedua gagak itu di usir dari pulau majeti, tidak hanya keduanya yang menerima hukuman tetepi juga semua bangsa gagak selamanya tidak boleh bercokol dan kembali ke pulau majeti (Itu sebabnya kenapa sampai saat ini tidak pernah ada burung gagak di pulau bawean). Sedangkan bekas pohon kastoba yang telah di cabut itu terus menerus mengeluarkan air, sehingga
akhirnya menjadi sebuah telaga atau sebuah danau.
Danau yang baru ada dari bekas cabutan pohon
kastoba itu di kenal dengan sebutan....
"DANAU KASTOBA".


☻ (Doc. Of Muqri Algelamy-blogspot.com)

1 komentar: