Kamis, 26 Mei 2011

Misteri Kendaraan Buraq


Kalau dilihat dalam kamus bahasa, maka kita akan
menemukan istilah "Buraq" yang diartikan sebagai
"Binatang kendaraan Nabi Muhammad Saw", dia
berbentuk kuda bersayap kiri kanan.
Dalam pemakaian umum "buraq" itu berarti burung
cendrawasih yang oleh kamus diartikan dengan burung dari sorga (bird of paradise).
Sebenarnya "buraq" itu adalah istilah yang dipakai
dalam AlQur'an dengan arti "kilat" termuat pada ayat
2/19, 2/20 dan 13/2 dengan istilah aslinya "Barqu".

Para peneliti telah melakukan penyelidikan dan
berkesimpulan bahwa kilat atau sinar bergerak
sejauh 186.000 mil atau 300 Kilometer perdetik.
Dengan penyelidikan yang memakai sistem paralax,
diketahui pula jarak matahari dari bumi sekitar
93.000.000 mil dan dilintasi oleh sinar dalam waktu 8 menit. Jarak sedemikian besar disebut 1 AU atau satu Astronomical Unit, dipakai sebagai ukuran terkecil dalam menentukan jarak antar benda angkasa. Dan kita sudah membahas bahwa Muntaha itu letaknya diluar sistem galaksi bimasakti kita, dimana jarak dari satu galaksi menuju kegalaksi lainnya saja sekitar 170.000 tahun cahaya.

Sedangkan Muntaha itu sendiri merupakan bumi atau planet yang berada dalam galaksi terjauh dari semua galaksi yang ada diruang angkasa. Amatlah janggal jika kita mengatakan bahwa buraq tersebut dipahami sebagai binatang atau kuda bersayap yang dapat terbang keangkasa bebas. Orang tentu dapat mengetahui bahwa sayap hanya dapat berfungsi dalam lingkungan atmosfir planet dimana udara ditunda kebelakang untuk gerak maju kemuka atau ditekan kebawah untuk melambung keatas.


Udara begitu hanya berada dalam troposfir yang
tingginya 6 hingga 16 Km dari permukaan bumi,
padahal buraq itu harus menempuh perjalanan
menembusi luar angkasa yang hampa udara dimana sayap tak berguna malah menjadi beban. Dengan
kecepatan kilat maka binatang kendaraan itu, begitu
juga Nabi yang menaiki, akan terbakar dalam daerah
atmosfir bumi, sebaliknya ketiadaan udara untuk
bernafas dalam menempuh jarak yang sangat jauh
sementara itu harus mengelakkan diri dari meteorities yang berlayangan diangkasa bebas.

Semua itu membuktikan bahwa Nabi Muhammad Saw
bukanlah melakukan perjalanan mi'raj-nya dengan
menggunakan binatang ataupun hewan bersayap
sebagaimana yang diyakini oleh orang selama ini. Penggantian istilah dari Barqu yang berarti kilat
menjadi buraq jelas mengandung pengertian yang
berbeda, dimana jika Barqu itu adalah kilat, maka
buraq saya asumsikan sebagai sesuatu kendaraan
yang mempunyai sifat dan kecepatannya diatas kilat
atau sesuatu yang kecepatannya melebihi gerakan sinar. Menurut akal pikiran kita sehari-hari yang tetap
tinggal dibumi, jarak yang demikian jauhnya tidak
mungkin dapat dicapai hanya dalam beberapa saat
saja. Untuk menerobos garis tengah jagat raya saja
memerlukan waktu 10 milyard tahun cahaya melalui
galaksi-galaksi yang oleh Garnow disebut sebagai fosil-fosil jagad raya dan selanjutnya menuju alam
yang sulit digambarkan jauhnya oleh akal pikiran dan
panca indera manusia dengan segala macam
peralatannya, karena belum atau bahkan tidak
diketahui oleh para Astronomi, galaksi yang lebih jauh
dari 20 bilyun tahun cahaya.

Dengan kata lain mereka para Astronom tidak dapat melihat apa yang ada dibalik galaksi sejauh itu karena keadaannya benar-benar gelap mutlak. Untuk mencapai jarak yang demikian jauhnya tentu diperlukan penambahan kecepatan yang berlipat kali
kecepatan cahaya. Sayangnya kecepatan cahaya merupakan kecepatan yang tertinggi yang diketahui
oleh manusia sampai hari ini atau bisa jadi karena
parameter kecepatan cahaya belum terjangkau oleh
manusia. Dalam AlQur'an kita jumpai betapa hitungan waktu yang diperlukan oleh para malaikat dan ruh-ruh orang yang meninggal kembali kepada Tuhan:

"Naik malaikat-malaikat dan ruh-ruh kepadaNya dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun (QS. 70:4)". Ukuran waktu dalam ayat diatas ada para ahli yang menyebut bahwa angka 50 ribu tahun itu menunjukkan betapa lamanya waktu yang diperlukan penerbangan malaikat dan Ar-Ruh untuk sampai kepada Tuhan.

Namun bagaimanapun juga ayat itu menunjukkan adanya perbedaan waktu yang cukup besar antara
waktu kita yang tetap dibumi dengan waktu malaikat
yang bergerak cepat sesuai dengan pendapat para
ahli fisika yang menyebutkan "Time for a person on
earth and time for a person in hight speed rocket are
not the same", waktu bagi seseorang yang berada dibumi berbeda dengan waktu bagi orang yang ada
dalam pesawat yang berkecepatan tinggi.

Perbedaan waktu yang disebut dalam ayat diatas
dinyatakan dengan angka satu hari malaikat
berbanding 50.000 tahun waktu bumi, perbedaan ini
tidak ubahnya dengan perbedaan waktu bumi dan waktu elektron, dimana satu detik bumi sama dengan 1.000 juta tahun elektron atau 1 tahun Bima Sakti = 225 juta tahun waktu sistem solar. Jadi bila malaikat berangkat jam 18:00 dan kembali pada jam 06.00 pagi waktu malaikat, maka menurut perhitungan waktu dibumi sehari malaikat = 50.000
tahun waktu bumi.

Dan untuk jarak radius alam semesta hingga sampai ke Muntaha dan melewati angkasa raya yang disebut sebagai 'Arsy Ilahi, 10 Milyard tahun cahaya diperlukan waktu kurang lebih 548 tahun waktu malaikat. Namun malaikat Jibril kenyataannya dalam peristiwa Mi'raj Nabi Muhammad Saw itu hanya menghabiskan waktu 1/2 hari waktu bumi atau maksimum 12 Jam atau = 1/100.000 tahun Jibril.

Kejadian ini nampaknya begitu aneh dan bahkan tidak
mungkin menurut pengetahuan peradaban manusia
saat ini, tetapi para ilmuwan mempunyai pandangan
lain, suatu contoh apa yang dikemukakan oleh Garnow dalam bukunya Physies Foundations and
Frontier antara lain disebutkan bahwa jika pesawat ruang angkasa dapat terbang dengan kecepatan
tetap / cahaya / menuju kepusat sistem galaksi Bima Sakti, ia akan kembali setelah menghabiskan waktu 40.000 tahun menurut kalender bumi. Tetapi menurut Si pengendara pesawat / pilot / penerbangan itu hanya menghabiskan waktu 30 tahun saja. Perbedaan tampak begitu besar lebih dari 1.000 kalinya.

Contoh lain yang cukup populer, yaitu paradoks anak
kembar, ialah seorang pilot kapal ruang angkasa
yang mempunyai saudara kembar dibumi, dia berangkat umpamanya pada usia 0 tahun menuju
sebuah bintang yang jaraknya dari bumi sejauh 25
tahun cahaya. Setelah 50 tahun kemudian si pilot tadi kembali ke bumi ternyata bahwa saudaranya yang tetap dibumi berusia 49 tahun lebih tua, sedangkan si pilot baru berusia 1 tahun saja. Atau penerbangan yang seharusnya menurut ukuran bumi selama 50 tahun cahaya pulang pergi dirasakan oleh pilot hanya dalam waktu selama 1 tahun saja. Dari contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa jarak
atau waktu menjadi semakin mengkerut atau
menyusut bila dilalui oleh kecepatan tinggi diatas
yang menyamai kecepatan cahaya.

Kembali pada peristiwa Mi'raj Rasulullah bahwa jarak yang ditempuh oleh Malaikat Jibril bersama Nabi
Muhammad dengan Buraq menurut ukuran dibumi
sejauh radius jagad raya ditambah jarak Sidratul Muntaha pulang pergi ditempuh dalam waktu maksimal 1/2 hari waktu bumi (semalam) atau 1/100.000 waktu Jibril atau sama dengan 10-5 tahun
cahaya, yaitu kira-kira sama dengan 9,46 x 10-23
cm/detik dirasakan oleh Jibril bersama Nabi Muhammad (bandingkan dengan radius sebuah
elektron dengan 3 x 19-11 cm) atau kira-kira lebih
pendek dari panjang gelombang sinar gamma. Nah, Barkah yang disebut dalam Qur'an yang melingkupi diri Nabi Muhammad Saw adalah berupa penjagaan total yang melindungi beliau dari berbagai bahaya yang dapat timbul baik selama perjalanan dari bumi atau juga selama dalam perjalanan diruang angkasa, termasuk pencukupan udara bagi pernafasan Rasulullah Saw selama itu dan lain sebagainya.

Jadi, sekarang kita bisa mendeskripsikan tentang
kendaraan bernama Buraq ini sedemikian rupa,
apakah dia berupa sebuah pesawat ruang angkasa
yang memiliki kecepatan diatas kecepatan sinar dan kecepatan UFO? Ataukah dia berupa kekuatan yang diberikan Allah kepada diri Rasulullah Saw sehingga Rasul dapat terbang diruang angkasa dengan selamat dan sejahtera, bebas melayang seperti seorang Superman? Sebagai suatu wahana yang sanggup membungkus dan melindungi jasad Rasulullah sedemikian rupa sehingga sanggup melawan / mengatasi hukum alam dalam hal perjalanan dimensi.



Sekaligus didalamnya tersedia cukup udara untuk pernafasan Nabi Muhammad Saw dan penuh dengan monitor-monitor yang memungkinkan Nabi untuk melihat keluar ataupun juga monitor-monitor yang bersifat "Futuristik", yaitu monitor yang memberikan
gambaran kepada Rasulullah mengenai keadaan
umatnya sepeninggal beliau nantinya. Bukankah ada banyak juga hadist shahih yang mengatakan bahwa selama perjalanan menuju ke Muntaha itu Nabi Muhammad Saw telah diperlihatkan pemandangan-pemandangan yang luar biasa?

Apakah aneh bagi Anda jika Nabi Muhammad Saw
telah diperlihatkan oleh Allah (melalui monitor-monitor futuristik tersebut) terhadap apa-apa yang akan terjadi dikemudian hari? Apakah Anda akan mengingkari bahwa jauh setelah sepeninggal Rasul ada banyak sekali manusia-manusia yang mampu meramalkan ataupun melihat masa depan seseorang? Dalam dunia komputer kita mengenal virtual reality (VR) yaitu penampakan alam nyata ke dalam dimensi
multimedia digital yang sangat interaktif sehingga
bagaikan keadaan sesungguhnya. Apakah tidak mungkin Rasulullah telah merasakan fasilitas VR dari Allah SWT untuk mempresentasikan kepada kekasihNya itu surga dan neraka yang dijanjikanNya?.

Anda pasti pernah mendengar sebutan "Paranormal"
bukan? Jika anda mempercayai semua itu, maka
apalah susahnya bagi anda untuk mempercayai
bahwa hal itupun terjadi pada diri Rasulullah Saw,
hanya saja bedanya bahwa semua itu merupakan gambaran asli dari Allah Swt yang sudah pasti
kebenarannya tanpa bercampur dengan hal-hal yang
batil. Hal ini juga bisa kita buktikan dengan banyaknya ramalan-ramalan Nabi terhadap keadaan umat Islam setelah beliau tiada dan menjadi kenyataan tanpa sedikitpun meleset? Darimana Rasulullah dapat melakukannya jika tidak diperlihatkan oleh Allah sebelumnya?.

"Allah memberikan kebijaksanaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak.
Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali
orang-orang yang berakal (QS. 2:269)".
Hikmah dalam ayat 2:269 dan ayat-ayat lainnya, saya
artikan sebagai kebijaksanaan yang diberikan oleh
Allah kepada hamba-hambaNya, kebijaksanaan ini
berarti sangat luas, baik dalam bidang ilmu pengetahuan dunia atau akhirat, sebagai perwujudan
dari Rahman dan Rahim-Nya.

Didalam Hadist disebutkan bahwa Nabi Muhammad
Saw berangkat ke Muntaha dengan ditemani oleh
malaikat Jibril yang didalam AlQur'an surah 53:6
dikatakan memiliki akal yang cerdas. Dan dalam
perjalanan itu Nabi diberikan kendaraan bernama
Buraq yang kecepatannya melebihi kecepatan sinar. Selanjutnya selama perjalanan Nabi banyak bertanya
kepada malaikat Jibril tentang apa-apa yang
diperlihatkan oleh Allah kepadanya, ini menunjukkan
bahwa Nabi dan Jibril berada dalam jarak yang
berdekatan. Tidak mungkinkah Jibril ini yang
mengemudikan Buraq untuk menuju ke Muntaha? Dalam kata lain, Jibril sebagai pilot dan Muhammad
sebagai penumpang? Bukankah Muhammad sendiri baru pertama kali itu mengadakan perjalanan ruang angkasa, sementara Jibril telah ratusan atau bahkan jutaan kali melakukannya didalam mengemban wahyu yang diamanatkan oleh Allah? Jika dikatakan Nabi sebagai pilot, dari mana Nabi mengetahui arah tujuannya berikut tata cara pengemudian Buraq ini, apalagi ditambah dengan banyaknya visi-visi alias Virtual Reality yang diberikan oleh Allah kepada beliau
selama perjalanan dan mengharuskannya mengajukan beragam pertanyaan kepada Jibril?
Namun jika kita kembalikan pada pendapat saya semula bahwa Jibril dalam hal ini berlaku sebagai
pilot dan Nabi sebagai penumpang, maka semua
pertanyaan dan keraguan yang timbul akan hilang.

Dalam hal ini Jibril adalah pilot terbang berpengalaman, ia juga sangat cerdas, sementara
atas diri Nabi sendiri sudah diberikan oleh Allah
Barqah disekeliling beliau, sehingga setiap perubahan
yang terjadi dalam perjalanan, seperti goyangnya
pesawat, tekanan gravitasi yang hilang, udara dan lain sebagainya tidak akan berpengaruh apa-apa
pada diri Nabi yang mulia ini. Dan keadaan yang tanpa pengaruh apa-apa itu memungkinkan bagi Nabi untuk mengadakan pertanyaan-pertanyaan atas visi-visi yang dilihatnya itu sekaligus dapat melihatnya secara jelas/Virtual Reality.

Kembali pada Jibril yang senantiasa meminta izin
didalam memasuki setiap lapisan langit kepada
malaikat penjaga, itu dikarenakan bahwa mereka
tidak mengenali Jibril yang berada didalam Buraq itu,
sehingga begitu Jibril menjawab, mereka baru bisa
mengenali suaranya dan melakukan pendeteksian secara visi keadaan dalam Buraq sehingga nyatalah
bahwa yang datang itu benar-benar Jibril. Didalam Hadist juga disebutkan bahwa malaikat penjaga langit itu juga menanyakan tentang identitas sosok manusia yang dibawa oleh malaikat Jibril, yang tidak lain dari Rasulullah Muhammad Saw. Dan dijelaskan oleh Jibril bahwa Rasulullah Saw diutus oleh Allah dan telah pula diperintahkan untuk naik ke Muntaha. (Hadist mengenai ini diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim dan dinyatakan oleh jumhur ulama
dari ahlussunnah sebagai Hadist yang shahih).

Hal ini memang berkesan lucu bagi sebagian orang,
apalagi mengingat bahwa Nabi adalah manusia yang
paling mulia yang mendapatkan kedudukan terhormat yang bisa dibuktikan dengan bersandingnya nama Allah dan nama beliau dalam
dua buah khalimah syahadat yang tidak boleh dicampuri, ditambah atau dikurangi dengan berbagai
nama lain karena tiada hak bagi makhluk lainnya
mencampuri masalah ini. Namun justru disinilah letak
kebesaran Tuhan. Semuanya sengaja dipertunjukkan
secara ilmiah kepada Nabi agar beliau dapat
membuktikan sendiri betapa ketatnya penjagaan langit itu sebenarnya. Seperti yang sudah dibahas di halaman artikel "Kajian Israk Miqraj" bahwa Muntaha itu terletak digalaksi terjauh, dimana Adam dulunya diciptakan dan ditempatkan pertama kali bersama Hawa.

Tetapi sejak Adam bersama istrinya dan juga Jin serta Iblis diusir oleh Allah dari sana, maka penjagaan terhadap tempat tersebut diperketat sedemikian rupanya, sehingga tidak memungkinkan siapapun juga kecuali para malaikat untuk dapat memasukinya, seperti yang termuat dalam ayat ke-8,9 dan 10 dari surah 72:
"...Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki
beberapa tempat di langit itu." (QS. 72:9).
"...Kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang
kuat dan panah-panah api." (QS. 72:8).
"...Tetapi sekarang barang siapa yang mencoba
mendengarkan tentu akan menjumpai panah api yang mengintai." (QS. 72:9).

Dalam hal ini bisa diasumsikan bahwa yang disebut
dengan lapisan langit pada Muntaha itu adalah berupa planet-planet yang terdekat dengan "Bumi-Muntaha", hal ini saya hubungkan dengan pernyataan Qur'an pada surah 72:9 bahwa Jin atau Iblis itu dapat menduduki beberapa tempat. Mampu menduduki tempat disana artinya mampu berdiam ditempat tersebut, dan karena tempat itu ganda (beberapa tempat), maka jelas tempat itu bukan Muntaha itu sendiri, namun tempat yang terdekat dari Muntaha.

Sesuai dengan kajian saya sebelumnya, bahwa
Muntaha itu berupa bumi yang disekitarnya juga terdapat planet-planet, maka planet-planet itulah
tempat atau posisi para syaithan itu berdiam
dahulunya untuk mencuri dengar berita-berita langit. Muntaha sendiri berarti "Dihentikan" atau bisa juga
kita tafsirkan sebagai tempat terakhir dari semua
urusan berlabuh. Tempat yang menjadi perbatasan
segala pencapaian kepada Tuhan.

Sidrah berarti "Teratai" yaitu bunga yang berdaun
lebar, hidup dipermukaan air kolam atau telaga. Uratnya panjang mencapai tanah dasar air tersebut.
Bilamana pasang naik, teratai akan ikut naik, dan bila
pasang surut diapun akan turun, sementara uratnya
tetap terhujam pada tanah dasar tempatnya bertumbuh. Teratai yang berdaun lebar menyerupai keadaan planet yang memiliki permukaan luas, sungguh harmonis untuk tempat kehidupan makhluk hidup.

Teratai berurat panjang mencapai tanah dasar
dimana dia tumbuh tidak mungkin bergerak jauh,
menyerupai keadaan planet yang selalu berhubungan dengan matahari darimana dia tidak mungkin bergerak jauh dalam orbit zigzagnya dari garis ekliptik. Dan air dimana teratai berada menyerupai angkasa luas dimana semua planet yang ada mengorbit mengelilingi matahari. Turun naik teratai dipermukaan air berarti orbit planet mengelilingi matahari berbentuk oval, bujur telur,
dimana ada titik Perihelion yaitu titik terdekat pada
matahari yang dikitarinya, begitupula ada titik
Aphelion, titik terjauh dari matahari. Sewaktu planet
berada di Aphelionnya dia bergerak lambat.

Keadaan gerak demikian membantu kestabilan orbit setiap planet yang mulanya hanya didasarkan atas kegiatan magnet yang dimilikinya saja. Allah sendiri tidak berposisi di Muntaha, meskipun Muntaha itu merupakan planet terjauh dan terpinggir dalam bentangan alam semesta sekaligus sebagai dimensi tertinggi, dimana mayoritas malaikat berada disana sembari memuji dan bertasbih kepada Allah, ia hanyalah sebagai suatu tempat ciptaan Allah yang pada hari kiamat kelak akan dileburkan pula dan
semua isinya, termasuk para malaikat itu akan mati
kecuali siapa yang dikehendakiNya saja (QS. 27:87),
hanya Allah sajalah satu-satunya dimensi Tertinggi
yang kekal dan abadi (QS. 2:255).



☻ (Doc. Of Agulino-Vich-Altzone.blogspot.com)

2 komentar:

  1. apa dalilnya buraq itu berkepala cewek cantik???

    BalasHapus
  2. buraq itu menurut saya kira seperti bola cahaya....

    BalasHapus