Bawean penuh dengan cerita menarik. Ini bisa dimaklumi sebab Bawean adalah Pulau Persinggahan.
Banyak saudagar yang mampir ke pulau ini untuk beberapa keperluan. Diantara legenda tersebut adalah kisah Jujuk Campa.
Dahulu kala, Raja Campa adalah pemeluk agama islam yang kuat. Beliau mempunyai beberapa orang putri yang sangat cantik. Dan putri putri itu amat teguh mengamalkan ajaran agama islam. Salah satu putri Campa menikah dengan saudagar Arab. Perkawinan tersebut melahirkan Raden Rahmat yang kelak dikenal dengan sunan Ampel. Sejak kecil Raden Rahmat dikenal super cerdas dan mempunyai otak yang berilian. Walau sebagai keluarga kerajaan ia amat akrab dengan teman sepermainannya.
Barkat didikan kedua orang tua dan kakeknya, Raden Rahmat semakin bijaksana dan berpengetahuan luas terutama tentang agama. Nama asli jujuk Campa adalah Sayyid Rafi'uddin, tetapi orang orang menyebutnya raja Campa karena beliau barasal dari kerajaan Campa, sekarang Kamboja. Raja Campa mempunyai dua orang cucu yang kelak kedua cucunya tersebut menjadi orang orang yang berpengaruh dalam penyiaran agama islam khususnya di Pulau Jawa. Mereka itu adalah Raden Patah. Pada usia 20 tahun Raden Rahmat merasa dirinya berkewajiban untuk mengamalkan ilmunya. Lalu ia meminta izin kepada ibu dan ayahnya untuk pergi ke rumah bibiknya, Darawati di Pulau Jawa. Melihat kesungguhan anaknya maka dengan berat hati kedua orang tuanya mengikhlaskan kepergiannya. Tapi bagaimana perkasanya dan teguhnya keingainan Raden Rahmat, begitu ia akan berangkat dan memandangi wajah orang tuanya, maka meneteslah air matanya. Dan ternyata perpisahan itu merupakan perpisahan selama lamanya.
Kemudian dengan naik perahu Raden Rahmat menuju tanah Jawa. Pada saat itu perahu perahu dari arah utara yang akan menuju ke Surabaya atau Gresik dan sekitarnya biasanya mampir di pelabuhan persinggahan yaitu pelabuhan Kumalasa Pulau Bawean. Hal ini sebagai tanda tanda bahwa sebentar lagi perahu itu akan memasuki Surabaya atau Gresik. Ketika tiba di istana di kerajaan Majapahit dan telah lama bergaul disana Raden Rahmat di beri kekuasaan wilayah oleh raja Kertawijaya untuk memimpin tiga ribu rumah di Ampel Delta Surabaya. Sehingga akhirnya beliau dikenal dengan nama Sunan Ampel. Sementara itu pernikahan putri bungsu raja Campa, Darawati dengan Kertawijaya telah membuakan keturunan, diantaranya putranya itu bernama Raden Fatah. Pada saat itu komunikasi antara kerajaan Majapahit denagn kerajaan Campa semakin sering.
Raden Fatah tidak dibesarkan di istana Majapahit melainkan ia di besarkan di Campa camboja oleh kakeknya sendiri. Dan ketika Raden Fatah menjadi seorang pemuda ia akan diantarkan oleh kakeknya ke kerajaan Majapahit, ke tempat kedua orang tuanya, di Jawa. Maka pada saat itu berangkatlah Raden Fatah bersama rombongan. Rombongan itu di pimpin oleh kakek Raden Fatah sendiri (Raja Campa). Tatkala sampai di pelabuhan persinggahan, tepatnya di pelabuhan Kumalasa, Pulau Bawean, rombongan tersebut mendapat kesulitan, yakni ada seorang putri yang sakit keras. Sehingga pemimpin rombongan (raja Campa) harus merawat si sakit. Tapi Raden Fatah dan rombongan yang lain terus melanjutkan perjalanannya. Sesampainya di Surabaya ia bertemu dengan Raden Rahmat kakak sepupunya. Setelah Raden Fatah mengutarakan maksud kedatangannya, Raden Fatah tidak di perkenankan langsung ke Majapahit oleh Raden Rahmat. Ia masih di didik dan diajari ilmu agama oleh Sunan Ampel. Setelah dianggap cukup, baik bekal fisik atau mental batinnya, barulah Raden Fatah dipertemukan untuk menghdap ayahandanya, Raja Kertawijaya di Majapahit. Pasa suatu ketika kerajaan Majapahit mengalami kehancuran disebabkan faktor faktor dari dalam dan luar kerajaan.
Faktor dari luar antara lain karena pengaruh dakwah Raden Fatah yang di prakarsai oleh sunan Ampel. Selanjutnya Sunan Ampel menugaskan Raden Fatah untuk menjadi Adipati Demak, yang lambat laun menjadi sebuah kerajaan islam yang pertama kali dipulau Jawa yaitu kerajaan Demak dengan rajanya yang pertama adalah Raden Fatah dengan gelar Sultan Syah Alam Akbar Al- Falah. Menjelang ajalnya, sunan Ampel berpesan kepada Raden Fatah dan orang orang yang menjenguknya, "Aku sudah terlalu tua sekarang tinggal kewajiban kalian untuk melanjutkan tugas tugas Allah. Aku tidak bisa mewariskan apa-apa untuk kalian kecuali seperti kepandaianku yang tidak sempurna itu. Kalian harus menyempurnakannya sesuai dengan zaman dan kebutuhan kalian. Namun jangan lupa, bahwa zaman boleh berubah, tetapi Allah dan ajaran-Nya tidak.
Itulah rahasia yang harus kalian gali" kemudian dengan mengucapkan kalimat,
"Allahu Akbar.....!!" pulanglah beliau ke hadirat Allah SWT.
Kemudian beliau di kebumikan dimasjid Ampel Surabaya. Sedangkan Raden Fatah setelah memerintah kerajaan Demak sekitar sepuluh tahun (1508-1518), pulang ke Rahmatullah dalam usia yang cukup lanjut, dan dimakamkan di Demak, Jawa Tengah. Dalam kaitannya antara kehidupan Raden Fatah dengan cerita rakyat yang berkembang di Kumalasa pada waktu Raden Fatah melanjutkan perjalanannya ke tanah Jawa, ada salah satu putri raja Campa yang sakit keras sehingga harus dirawat oleh pimpinan mereka. Dan ternyata penyakit yang di derita oleh putri tidak sembuh. Yang akhirnya ia meninggal dunia di Bawean. Jenazahnya dimakamkan
di dusun Kumalasa orang Kumalasa menyebutnya kuburan "Embah Potre" kuburan seorang putri dari keluarga Raja Campa. Adapun orang yang merawat putri itu dan beliau ketua rombongan Raden Patah yang akan pergi ke Jawa, sudah tidak melanjutkan lagi ke Majapahit atau pulang ke Campa. Beliau menghabiskan usianya di Bawean. Kuburannya ada di kawasan pelabuhan Kumalasa. Kumalasa adalah sebuah desa di kecamatan Sangkapura yang memang unik, yang dikemudian hari banyak mewarnai kehidipan masyarakat di Pulau Bawean. Kalau kita tancapkan sebuah titik ditengah –tengah Pulau Bawean, kemudian kita tarik sebuah garis mata angin, maka desa Kumalasa terletak di arah Barat Daya dari pusat titik tersebut. Dan orang Kumalasa menyabut kuburan raja Campa dengan sebutan kuburan "Jujuk Campa" jujuk maksudnya "Embah" yang dihormati dan karena berasal dari negeri Campa maka dinamai "Jujuk Campa".
Pada waktu- waktu tertentu biasanya orang-orang Bawean sering pergi kesana untuk ziarah dan ada pula yang memang mempunyai nadzar untuk berziarah ke makam jujuk Campa.
☻ (Doc. Of Fitri-Fatma-Arifah/Mediabawean.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar