Di sebelah barat Desa Kumalasa, berderetan dengan Labuhan Kumalasa ada sebuah tanjung namanya Tanjung Putri. Di dekat tanjung tersebut terdapat sebuah makam yang oleh masyarakat setempat disebut dengan Putri Bawean. Siapakah dia?
Sebutan putri biasanya hanya untuk anak perempuan dari seorang raja. Dr. KH. Dhiyauddin
Quswandhi menyebutkan bahwa makam Putri Bawean yang ada di Kumalasa tersebut adalah Dewi Condrowulan. putri dari Raja Campa (Kamboja). Semula Sang Putri setia mendampingi suaminya yaitu Syaikh Ibrahim Asmarakandi yang berdakwah islam di Pesisir Utara Jawa yakni di Palang Tuban. Dewi Condrowulan membesarkan anak-anaknya diantaranya Raden Rahmat atau Sayid Ali Rahmatullah yang kelak bergelar Sunan Ampel (Surabaya).
Suatu ketika muncul keinginan ini untuk menjenguk sang ayah yaitu Raja Campa. Berangkatlah mereka menuju Campa dengan menggunakan kapal laut. Ketika singgah di Pulau Bawean Sang Putri sakit parah dan akhirnya meninggal. Lalu disemayamkan di desa Kumalasa. Kenapa rombongan ini singgah di Kumalasa? Karena pelabuhan yang ramai saat itu berada di Kumalasa (Labuhan). Desa Kumalasa konon dari bahasa Arab “Kamalaisa ” yang artinya tidak ada yang menyamainya. Nama Condrowulan memang asing di telinga warga Bawean, karena selama itu tidak banyak yang mengetahui bahwa di Kumalasa ada makam Putri Condrowulan.
Masyarakat Bawean lebih mengenal dengan sebutan Putri Bawean. Memang kebanyakan manusia kurang peduli dengan sejarah sehingga mereka tidak mengetahui perjuangan dan jasa orang-orang terdahulu. Putri Condrowulan adalah sosok wanita yang mulia dan shalehah. Beliau merupakan ibunda dari seorang wali tertua diantara Wali Songo yakni Sunan Ampel. Dari Sunan Ampel inilah kemudian muncul para wali yang tersebar di Jawa. Yakni Raden Qasim (Sunan Drajad) dan Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Kedua wali ini kemudian mendidik para santrinya dan disebarkan di beberapa daerah baik Jawa maupun luar Jawa.
Para murid Wali Songo inilah yang kemudian menjadi pendakwah islam di daerahnya masing-masing. Hingga hari ini kesuksesan perjuangan Wali Songo dan para muridnya banyak dirasakan manfaatnya oleh umat islam di Indonesia. Berkat perjuangan Wali Songo dan para muridnya islam menyebar ke seluruh pelosok negeri dan menjadi agama mayoritas. Sebagai penghormatan atas jasa Wali Songo maka umat islam di Indonesia membudayakan ziarah Wali Songo. Bahkan hari ini ziarah Wali Songo sudah menjadi paket wisata tersendiri. Bagaimana dengan Putri Condrowulan? Sebagai generasi islam Bawean kita tidak boleh melupakan jerih payah para pendahulu. Kalau Sunan Ampel, Sunan Drajad dan Sunan Bonang sangat dihormati di Jawa maka Sang Ibunda yakni Putri Condrowulan menjadi tugas kita warga Bawean untuk memuliakannya. Menghormati dan memuliakan bukan sekedar berziarah ke makamnya tetapi lebih dari itu yakni spirit perjuangan dakwah islam harus lebih dikembangkan.
☻ (Doc. Of Rahma dan Wahyuni-Mediabawean.com)
setujuuuuu
BalasHapus