Dahulu kala pada masa keemasan kerajaan
Majapahit, Raja Hayam Wuruk dengan seorang
panglima perang yang sangat sakti bertekad untuk
mempersatukan Nusantara di bawah naungan
kekuasaan Majapahit. Untuk itu di utuslah seluruh
pasukan penakluk, baik dari darat maupun armada laut ke kerajaan-kerajaan kecil dan ke daerah-daerah
seberang.
Tetapi saat di tengah perjalanan dalam melintasi lautan salah satu armada laut yang di utus ke arah utara mengalami musibah. Mereka di hantam badai laut, di terpa angin kencang dan di selimuti kabut tebal hingga terkatung-katung di tengah laut jawa. Banyak prajurit yang meninggal dunia karena kelaparan dan tidak kuat dengan keadaan alam yang menjebak mereka.
Setelah berhari-hari bahkan berminggu-minggu terombang-ambing di tengah laut, beberapa prajurit yang selamat tiba-tiba melihat samar dari kejauhan nampak gugusan gunung yang sangat indah. Maka dengan sisa tenaga yang ada mereka segera menuju ke arah gugusan gunung tersebut, setelah sampai ternyata gugusan gunung yang mereka lihat dari jauh adalah sebuah pulau kecil.
Setelah bersandar, dengan susah payah mereka turun dari kapal dan pergi memasuki pulau asing nan damai tersebut, Ibarat kapal penyelamat yang datang memberi bantuan, Tak bisa tergambarkan betapa bersemangatnya mereka pada waktu itu.
Sampai di daerah pemukiman penduduk mereka di sambut hangat oleh penduduk setempat. Karena rasa gembira yang begitu besar, dengan tanpa disadari keluarlah dari bibir Senopati Majapahit ungkapan singkat nan indah, "BA-WE-AN". Ungakapan Bawean ini berasal dari bahasa Sansekerta "BA" mempunya arti sinar, "WE" berarti matahari dan "AN" artinya ada. Jadi kata BAWEAN memiliki arti "Ada Sinar Matahari". Sejak saat itu mereka hidup disana di pulau yang semula di kenal dengan nama pulau "Majeti" atau "Majdi" (artinya : uang logam) dan sejak saat itu pulalah pulau kecil penyelamat mereka di kenal dengan nama pulau BAWEAN.
☻ (Doc. Of Muqri Algelamy-blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar