With the existence of this blog I hope will become something useful for you, Without any intention of pure I just want a little to share with you all. And please understand those who feel I have the articles that have been put in this blog. Thank you very much.. :D
Kamis, 19 Mei 2011
Legenda Putri Duyung
Legenda Duyung, Makhluk Setengah Manusia
Setengah Ikan. Selama ribuan tahun duyung telah
menjadi legenda. Dipercaya sebagai perwujudan
makhluk setengah ikan setengah manusia. Dari
belahan bumi barat hingga timur, utara dan selatan.
Kisah-kisah duyung mewarnai khazanah mitologi dan misteri dari lautan. Berdasarkan legenda duyung adalah makhluk air yang setengah tubuhnya manusia dan setengah lagi ikan. Bagian pinggang ke atas biasanya berbentuk tubuh perempuan cantik dan pinggang ke bawah tertutup sisik seperti ekor ikan besar.
Kisah mengenai duyung ini hampir sama atau serupa di belahan bumi mana pun, karena itu ia menjadi legenda yang universal. Ditinjau dari mitologi Yunani, duyung dipercaya sebagai si cantik penggoda pelaut. Siapa yang tergoda rayuan sang duyung ia akan menemui ajalnya. Namun masyarakat Babilonia menganggap duyung sebagai dewa laut yang disebut sebagai Ea atau Oannes. Namun duyung ini adalah jantan. Mitologi kuno lain (Yunani dan Romawi) juga menyebut bahwa duyung adalah makhluk yang menyertai dewa-dewa laut semacam Poseidon, Neptune dan Triton. Duyung-duyung ini umumnya berupa makhluk bertubuh perempuan dengan paras cantik jelita, berdada montok, bercahaya, namun dari pinggang ke bawahnya seperti ekor ikan.
Duyung pertama kali muncul dalam mitologi di
Assyria (1000 SM). Atargatis, ibu dari ratu Assyria, Semiramis, adalah dewi yang mencintai seorang gembala namun kemudian ia membunuhnya karena cintanya ditolak. Merasa malu ia melompat ke dalam danau dan berubah menjadi ikan. Dalam transformasi menebus malu ia berubah menjadi duyung. Lalu pada masa 500 SM, kisah duyung terdengar lagi dari seorang filsuf dari Ionia (wilayah Yunani) bernama Anaximander. Ia berpendapat bahwa manusia berasal dari satu spesies hewan air. Teori ini kemudian disebut sebagai evolusi hewan air ke manusia. Pendapatnya ini di-anggap sebagai pembenaran bahwa duyung adalah hewan air yang
sedang berevolusi menjadi manusia.
Begitu populernya duyung ini, sehingga tercantum dalam perkamen dan naskah-naskah tua. Bahwa dalam catatan Alexander the Great, sang penguasa
Macedonia, (356-323 SM) kisah duyung juga terselip di sana. Saudara perempuan Alexander bernama
Thessa lonike disebutkan berubah menjadi duyung
setelah kematiannya. Legenda dan kisah duyung ini tersebar ke mana-mana. Dikisahkan oleh para pelaut dan penjelajah samudera. Umumnya duyung digambarkan sebagai perempuan cantik berekor ikan,berambut panjang, bersuara merdu, suka berjemur di karang dan tepi pantai.
Namun tak ada bukti pasti mengenai eksistensinya. Kecuali pertinggal dalam bentuk sketsa kuno dan tergambar di mata uang kaum Corinthian (Yunani).
Namun ada sebuah buku bertahun 1718 yang terbit di Amsterdam Belanda, yang mengupas soal kehidupan aneka satwa di Samudera Hindia. Buku ini dilengkapi artikel deskripsi, aneka sketsa dan gambar. Dalam buku ini ada satu catatan detail soal duyung: “Ada monster berwujud wanita setengah ikan, tertangkap di perairan Amboyna (gugus kepulauan Maluku, Indonesia). Berdasarkan pengukuran memiliki tubuh sepanjang 59 inci (147,5 cm), bentuknya mirip belut laut (moa). Makhluk ini hanya bertahan hidup selama 103 jam (4,5 hari) setelah ditangkap, dan mati di akuarium. Selama pengurungan diberi makan ikan-ikan kecil dan hasil laut lainnya, namun ia tidak merespons makanan tersebut”.
Agaknya duyung memang masih misteri. Dipercaya ada, namun bukti yang terlihat sampai kini tak pernah pasti soal wujud duyung yang ada legenda. Para ahli bahkan menyimpulkan bahwa kemungkinan duyung itu adalah mamalia air yang dikenal sebagai dugong, manatee dan sea cow (Sapi laut), yang disalahtafsir oleh pelaut masa lalu.Dongeng Duyung yang TersohorWalau sempat ditakuti oleh banyak pelaut, ternyata kisah soal duyung justru menarik pula bagi anak-anak. Satu dongeng tentang duyung yang terkenal adalah buah karya pendongeng dunia Hans Christian Andersen. Karya Andersen yang berjudul “The Little Mermaid (1836)” menjadi satu dongeng paling populer soal duyung dan sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Bahkan kisah ini sudah difilmkan dalam versi kartun dengan judul yang sama oleh Walt Disne, namun dengan sedikit pengubahan di bagian akhirnya.Versi asli Andersen, mengadaptasi kisah yang menjadi patron tentang duyung yang selalu berakhir dengan kesengsaraan.
Berkisah soal duyung yang terobsesi dengan kehidupan di darat dan tertarik pada seorang pangeran. Untuk bisa berubah menjadi manusia ia harus rela kehilangan suaranya (bisu). Namun setelah menjadi manusia, sang pangeran tak membalas cintanya karena ia bisu. Akhirnya sang duyung tak bisa menikmati hidup dan berputus asa. Ada banyak kisah duyung dari Jepang, namun kisah
yang satu ini berbasis pada legenda kuno 1.400
tahun lalu. Satu kisah yang berasal dari kisah
kepercayaan Shinto di Kota Fujinomiya dekat kaki
Gunung Fuji, Jepang. Untuk mengenang dongeng Hans Christian Andersen yang tersohor ini, patung Little Mermaid dibangun di pelabuhan di Copenhagen,Denmark. Patung itu menjadi icon kota pelabuhan itu. (berbagai sumber). Di salah satu Kuil Shinto di Fujinomiya tersimpan sebuah mummi duyung setinggi 170 cm berusia 1.400 tahun. Ini merupakan salah satu mumi duyung tertua dan terbesar yang kini masih tersimpan di Jepang.
Dari bentuknya mummi duyung berpenampilan
menyeramkan, berkepala besar, bundar, dan botak,
hanya sejumput rambut yang tumbuh di depan
kepala sampai ke hidungnya. Mata dan mulutnya
tampak terbuka. Ia memiliki sepasang tangan
dengan kuku yang tajam (20 cm). Setengah tubuh bagian atas menyerupai manusia dan setengah bagian di bawah menyerupai ekor ikan. Namun, struktur tulangnya tidak diketahui pasti bagaimana bentuknya karena belum pernah diteliti.
Legenda mengenai duyung monster ini muncul pada
masa Putra Mahkota Jepang Shotoku (Shotoku Taishi)
di tahun 574-622 Masehi. Saat itu Shotoku berjalan
melintas tepian Danau Biwa. Saat ia menyepi tiba-
tiba muncul sesosok monster dari dalam danau yang
berseru pada Shotoku bahwa ia adalah seorang nelayan yang dikutuk menjadi monster duyung
bertubuh setengah orang setengah ikan, karena
perbuatan di masa lalunya yang sering membunuh
hewan untuk disantap. Ia mengaku baru memahami kekeliruannya dan berharap agar ia menjadi peringatan bagi seluruh manusia agar tidak melakukan pembunuhan terhadap satwa. Pesan ini disampikan untuk dunia di masa depan. Karena itu monster tersebut minta agar ia (setelah mati nanti) dikeringkan dan ditempatkan disebuah kuil sebagai peringatan bagi umat manusia. Setelah menyampaikan pesan-pesan itu monster duyung itu kemudian meninggal. Shotoku kemudian merenungkan ucapannya itu dan mengeringkan
duyung tersebut menjadi mummi. Sesuai permintaan
sang duyung, putra mahkota mendirikan sebuah kuil
untuk mummi sang duyung. Selama 1.400 tahun mummi ini berpindah-pindah tangan sampai akhirnya ditempatkan di Kuil Shinto di Fujinomiya hingga kini.
Keberadaan mummi ini dihubungkan dengan kepercayaan yang berpantang membunuh satwa alias hidup ala vegetarian. “Duyung-duyung ” yang NyataTidak diketahui pasti apakah legenda soal duyung berasal dari kisah nyata atau bukan. Namun berdasarkan telaah ilmiah di beberapa perairan yang di masa lalu duyung sering dikisahkan, justru memang dihuni hewan-hewan spesial. Beberapa hewan spesial itu hingga kini masih hidup di perairan tawar atau asin. Hewan-hewan inilah yang sering disalahtafsirkan sebagai duyung. Mungkin karena kebiasaan hidupnya, bentuknya dan
performanya yang memang mirip. Apalagi bila dilihat dari kejauhan. Hewan-hewan ini dikenal sebagai “dugong“, “manatee” dan “sapi laut (sea cow )”. Ketiga spesies ini memiliki bentuk tubuh yang mirip, namun hidup di lingkungan perairan yang berbeda. Tergolong sebagai mamalia yang suka menyusui dan berjemur di batu karang dan tepi-tepi perairan, atau mengeluh dan bersuara lantang.
Dugong adalah mamalia laut pemakan tumbuhan.
Bisa ditemukan di perairan dangkal kawasan pantai
India, Pasifik Selatan (dari wilayah pantai timur Afrika sampai utara Australia), perairan pantai Papua,dan kepulauan lain di Pasifik. Dugong berwarna cokelat kelabu, tubuhnya sepanjang 2,7 meter dan mampu hidup sampai usia 70 tahun. Manatee. Ada tiga jenis manatee yang sudah dikenal. Ada yang hidup di perairan Karibia dan sepanjang pantai tenggara Amerika Selatan. Ada yang di sepanjang perairan pantai dan muara sungai Florida (AS), dan jenis ketiga yang hidup di perairan tawar sungai Amazon. Manatee ini ada yang hidup di air tawar dan air asin. Warna manatee kelabu, dengan ukuran panjang tubuh 4 meter.
Pertama kali ditemukan dan diidentifikasi pada 1741 di dekat Pulau Commander di Laut Bering. Sapi laut biasanya suka hidup di perairan dangkal dekat pantai. Ukuran tubuhnya bisa sepanjang 7,6 meter dan warnanya kelabu kecokelatan dengan pola polka dot samar. Ketiga hewan air yang menyusui anaknya ini termasuk dalam kelompok ordo (grup) hewan
mamalia air yang disebut sirenia. Penamaan kelompok mamalia air ini dibuat para ilmuwan berdasarkan kepercayaan kuno (mitologi) bahwa hewan-hewan sirenia inilah yang dulu diyakini para pelaut sebagai sirens atau duyung.
☻ (Doc. Of Xeragon-Kaskus.us)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar